Jumat, 29 Januari 2016

Budaya 'Bawah Tanah' - Punk!

" PUNK: People United Not Kingdom " via jana-x84x.deviantart.com

Jika kita mendengar kata Underground, yang pertama muncul di kepala kita adalah tentang musik, kekerasan, dunia gelap yang bersisat negatif. Itulah stigma yang muncul di mayoritas masyarakat di Indonesia, bayangan mereka tentang Underground selalu saja Negatif. Padahal kalau ditelisik dari sejarah kemerdekaan Indonesia, Budaya Underground atau Bawah tanah sangat berpengaruh besar dalam memerdekakan bangsa ini.
Pergerakan-pergerakan bawah tanah yang muncul yang dan dipelopori oleh pemimpin-pemimpin nasionalis kita adalah bentuk penolakan bekerja sama dengan kaum penjajah saat itu yaitu Belanda. Dan budaya inilah yang membentuk cita cita perjuangan dan menggalang solidaritas antar pemuda di Indonesia. Mereka membentuk kelompok kelompok kedaerahan yang saling berkomunikasi dan bekerjasama yang dipelopori oleh Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin.[1]

Dari penjelasan Underground diatas dapat kita artikan bahwa budaya underground itu adalah budaya penolakan atas rasa ketidaknyamanan dengan keadaan lingkungan sekitar. Seiring berjalannya waktu, perkembangan budaya underground mulai merambah ke dunia musik. Khususnya musik punk. Belum ada sumber yang jelas mengenai kapan awal musik punk masuk ke Indonesia. Yang jelas, semenjak tahun 1970-an musik punk sudah mulai menyebar ke seluruh dunia. Perkembangan musik punk dilandasi oleh perkembangan subkultur yang terjadi karena adanya pergerakan-pergerakan sosoal politik.[2]

Punk dan Gaya Rambut Mohawk
Kita tau sendiri bahwa gaya rambut Mohawk adalah gaya rambut yang cukup nyentrik dimata masyarakat Indonesia. Gaya rambut ini pada umumnya memotong rambut bagian sisi kiri dan kanan dan menyisakan bagian tengahnya. Mirip sekali dengan rambut kuda. Sejarahnya, gaya potongan rambut Mohawk banyak di temukan pada penduduk di lembah Mohawk di bagian utara kota New York Amerika Utara. Sebelumnya juga pernah ditemukan model rambut Mohawk di yunani yang menggambarkan Scytian (seorang pejuang olahraga) pada masa 600 tahun SM. Akan tetapi gaya rambut Mohawk lebih populer cenderung berasal dari Amerika. Di Indonesia sendiri band punk pertama adalah Antiseptic pada tahun 1992.
Munculnya band punk di Indonesia didasari atas perkumpulan minoritas diatas mayoritas di Indonesia. Kelompok minoritas ini berkembang menjadi kelompok minoritas yang memiliki Ideologi sendiri dan pemahaman tentang pribadinya yang lengkap dengan segala pengertian untuk setiap tindakan dan gaya hidupnya tersebut.

Ideologi DIY (Do It Yourself)
Yang unik dari budaya punk ini adalah mereka mempunyai ideologi sendiri tentang pandangan hidup mereka. Do it Yourself, ideologi ini menekankan pada antikonsumerism, yaitu penolakan terhadap budaya hedonisme dan penolakan terhadap budaya yang serba instan. Dalam perkembangannya sebenarnya budaya punk ini juga menolak adanya kapitalisme. Mereka lebih mengedepankan sifat minimalis dengan mendayagunakan kreatifitas mereka secara kolektif. Dalam pendayagunaan kreatifitas ini, mereka para Punkers memanfaatkan faslitas minimalis yang ada dalam konser musik mereka. Contohnya mereka menggelar konser musik di gedung yang sudah tidak terpakai dan di lorong lorong bawah tanah bekas pembangunan rel kereta api. Filosofi Do It Yourself ini adalah tentang eksistensi mereka dengan memisahkan diri dari budaya Mainstream.

Indielabel
Budaya Musik Punk ini terkesan memisahkan diri dengan lingkungan mayoritas sekitar. Dengan begitu budaya ini lebih bersifat Mandiri yaitu berdiri sendiri dalam label rekaman musiknya, Indielabel. Dengan mereka memisahkan diri dengan label mayor bukan karena sifat arogansi mereka, bukan, akan tetapi ini adalah usaha preventif mereka dalam pengeksploitasian group band oleh pemegang dana untuk mendapat keuntungan yang berlebih dari mereka.

Distro
Distro muncul di komunitas ini adalah sebagai media mereka untuk mengumpulkan dana. Sistemnya mirim seperti Koperasi. Jadi mereka menjual aksesoris, pakaian dan segala macam produk kreatif mereka yang dipasarkan kepada anggota kolektif lainnya. Nanti keuntungannya akan dibagi rata berdasarkan kontribusi yang telah mereka berikan. Akan tetapi, dalam realitanya kini, Distro sudah berubah menjadi bisnis yang menjanjikan bagi mereka yang memiliki modal lebih dan keuntungannya pun sudah menjadi keuntungan untuk perorangan, tidak ada kolektifitas lagi.
Dewasa inipun para Punkers di Indonesia juga sudah bergeser dari Ideologi mereka. Pada realita sekarang ini mereka lebih memilih jalan yang instan contohnya seperti para Punk yang menjadi Pengamen dalam mengumpulkan dana untuk kebutuhan sehari harinya. Keadaan ini memang normal dan tidak bisa disalahkan, karena filosofi dari kehidupan adalah perubahan itu sendiri.
Akhirnya, Inilah Salah satu Budaya yang berkembang di Indonesia yang harus kita ‘Amini’ keberadaannya. Meski sebagian orang memandang negatif tentang budaya ini, tetapi kita sebagai pemuda jangan memandang segala sesuatu dari satu sudut pandang saja. Kita harus menyelam kedasar laut untuk mengetahui kedalamannya, itulah kata penutup untuk tulisan ini. Jangan menganggap sebelah mata segala kebudayaan yang ada di Indonesia. Termasuk Budaya Punk!
"Aku lebih baik dibenci sebagai diriku sebenarnya, daripada jadi munafik untuk disukai orang.” (Kurt Cobain)"




[1] Jakarta.go.id
[2] Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar