Selasa, 26 Januari 2016

MASA DEPAN INDONESIA DITANGAN PEMUDA: MENANTI ‘GOLDEN ERA’ INDONESIA

"Ada yang bilang Kesempatan Emas tidak datang dua kali"

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya generasi muda adalah generasi yang sangat ‘diwanti-wanti’ bisa memberikan angin segar dan harapan yang besar terhadap perkembangan sebuah bangsa. Tak heran banyak sekali usaha dari berbagai pemerintahan diberbagai belahan dunia membuat sistem kaderisasi bagi para generasi mudanya agar negara tersebut bisa tetap bersaing dalam kancah nasional maupun internasional.
Berbagai cara dilakukan agar setiap generasi muda yang menjadi generasi penerus mampu dan siap dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam bidang pendidikan misalnya, banyak negara-negara bersaing untuk bisa menemukan sistem pendidikan yang tepat dengan kondisi dan karakteristik bagi generasi muda. Akan tetapi juga tak sedikit negara yang gagal dalam menjalankan sitem pendidikan yang pas bagi angkatan muda di negaranya.

Melihat negara Indonesia sendiri, dengan kemajuan berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang masuk, Indonesia dijadikan pasar bagi bangsa-bangsa asing yang telah jauh lebih maju dari Indonesia. Akhirnya bukan hal yang aneh kalau orang-orang Indonesia dibentuk menjadi Masyarakat konsumtif. Dalam masyarakat konsumen, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar memiliki manfaat (nilai guna) dan harga (nilai tukar). Namun lebih dari itu, komoditi kini menandakan status, prestise dan kehormatan (nilai tanda dan nilai simbol).[1]

Kapitalisme saat ini memang telah memasuki tahap lanjut (spȁtkapitalismus) yang telah menjamur luas di masyarakat Indonesia. Ketidakmandirian dan ketergantungan ini akan semakin memperburuk keadaan Indonesia sendiri, jadi memang diperlukan sebuah momentum besar yang harus dimanfaatkan bersama-sama oleh kaum intelektual dan generasi muda Indonesia. Momentum tersebut adalah Bonus Demografi Indonesia nanti pada tahun 2025-2030.

Dalam masyarakat Primitif loncatan umur dinyatakan dengan upacara inisiasi. Masyarakat tradisional juga mengenal kelompok umur yang dibedakan dalam berbagai fungsi[2]. Umur memang salah satu elemen dari kekuatan-kekuatan yang bisa menggerakkan sejarah. Dalam menanti Golden Era Indonesia, perlu dipersiapkan semangat bersama bagi kaum intelektual muda untuk mempersiapkan gaya kepemimpinan yang ideal yang nantinya bisa menggerakkan arah tujuan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik. Jika kita mau menengok kebelakang, sebenarnya Penggerak sejarah indonesia banyak dilakukan oleh golongan intelektual dan angkatan muda. Golongan juga menjadislah satu elemen yang bisa menggerakkan sejarah[3], Budi Utomo misalnya, organisasi intelektual kepemudaan yang menjadi prototype dari pergerakan nasional menuju Indonesia merdeka.

Semangat kepemudaan dan intelektual yang pernah kita alami dalam sejarah perjalanan bangsa inilah yang harus ditanamkan dalam setiap benak kaum intektual muda. Semangat inilah yang nantinya bisa digunakan kaum intelektual dan angkartan muda dalam menggerakkan sejarah Indonesia di masa mendatang, apalagi ditambah momentum besar bonus demografi. Sebuah kesempatan besar harus dimanfaatkansecara maksimal oleh penggerak-penggerak sejarah dalam konteks ini adalah kaum intelektual dan generasi muda. Jangan sampai kesempatan besar ini disia-siakan oleh generasi intelektual muda Indonesia dalam membalik arus sejarah yang sebelumnya tidak memihak kepada kita menjadi sejarah yang berpihak kepada Indonesia.

Bidang pendidikan memang yang paling mudah untuk dibidik dalam mengembangkan generasi muda indonesia. Pengetahuan-pengetahuan tentang sejarah bangsa harus ditanamkan kuat dalam benak setiap generasi muda. Entah itu sejarah yang cerah maupun sejarah yang kelam, pemerintah harus mulai jujur dan membuka diri atas setiap sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Sampai kapan kita masih berkutat dengan memikirkan sistem pendidikan yang pas bagi bangsa Indonesia, 70 tahun Indonesia merdeka, minimal pendidikan haruslah merata bagi setiap warga negara Indonesia khususnya generasi muda. Tanpa dukungan penuh dari pemerintah usaha kita untuk memanfaatkan secara penuh bonus demografi ini tak akan berarti apa-apa.

Selain angan-angan dan tujuan mengenai bagaimana cara kita mempersiapkan dan menyambut bonus demografi mendatang, harus ada langkah nyata dari pribadi masing-masing dari kita yang merasa kaum intelektual maupun angkatan muda. Indonesia tidak berjalan sendiri, tapi digerakkan oleh kita orang-orang yang secara materi mampu maupun tidak mampu yang meiliki rasa kecintaan terhadap bangsa Indonesia. Seperti pandangan Kuntowijoyo mengenai kekuatan-kekuatan sejarah, seorang Individu juga bisa menjadi kekuatan penggerak sejarah. Meski setiap generasi melahirkan pengkhianat, akan tetapi setiap generasi juga akan melahirkan pemimpinnya sendiri. Dan tanpa pergerakan dari kita, seorang pemimpin tidak akan lahir dengan sendirinya.

“Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”, sebuah pidato yang fenomenal dari Founding Father , Bung Karno, saat Hari Ulang Tahun ke-21 Negara Republik Indonesia tahun 1966 memang tak ada habisnya untuk dikaji dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia kedepannya. Entah apapun yang akan terjadi pada sepuluh hingga limabelas tahun mendatang, adalah akumulasi dari usaha kita kaum intelektual maupun generasi muda untuk membangun sejarah indonesia dimasa depan. Bonus Deografi atau Golden Era pun hanya momentum yang terlewat begitu saja seperti debu yang tertiup angin jika kita hanya berdiam diri pasrah menanti keajaiban yang datang. Diperlukan usaha besar-besaran dari seluruh kaum intektual muda agar Revolusi Sosial Indonesia bisa berlangsung dengan baik.•




[1] Paharizal, Trisakti Bung Karno untuk Golden Era Indonesia, penerbit Media Pressindo, Yogyakarta: 2014. Halaman 3.
[2] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta: 2013. Halaman 108
[3] Ibid., Halaman 109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar