Selasa, 16 Februari 2016

Untukmu wahai sang Madu. Surat terbuka dari Lebah Pemberani

"..you can call me Bee.." via beneficialbugs.org

Hai, bolehkah aku memanggilmu ‘Madu’?, cairan termanis, akumulasi dari sari-sari bunga yang indah yang menghiasi setiap daratan di bumi yang diciptakan Tuhan dengan begitu sempurnanya. Kali ini aku ingin menulis surat terbuka untukmu wahai sang Madu. Atau mungkin biar lebih asyik, bolehkah aku memanggilmu “Honey”, salah satu panggilan yang, ya, cukup romantis.
Honey, aku akan mencatat setiap segmen kehidupan yang manis karenamu. Bahkan kamu juga ingat, aku pernah berpuisi manis didepanmu. Tapi kata-kata yang keluar dari mulutku mudah sekali hilang dan menguap ke lengit. Entah sekarang dia sedang tersangkut di awan cirrus atau sedang tersangkut diantara gugusan-gugusan bintang atau mungkin sudah lenyap ditelan mentah-mentah oleh Black Hole. Tapi kali ini, meski dalam ruang sempit ruang maya, aku menuliskannya langsung.
Salam dariku, dimanapun kamu berada, semoga kamu senantiasa dalam lindungannya dalam lindungan dan jalan lurus-Nya. Ingatkah dirimu saat pertama kali bertatap muka denganku, Dengan keegoisanku. Bahkan, pertamakali melihatmu, aku tak menyadarinya, dan dengan kerendahan hatimu menyapaku dengan begitu ramahnya. Dan ya, dalam dirimu mengandung obat, obat yang terasa manis bagi mereka yang merasakan sakit. Dalam dirimu mengandung banyak sekali manfaaat bagi orang-orang disekitarmu yang berinteraksi ria denganmu. Aku melihatnya, melihat sosok dirimu yang meski tak banyak yang tau bahwa dibalik manfaatmu yang manis dan bisa menyembuhkah, sebenarnya ada yang perlu disembuhkan dalam dirimu. Ya, dalam dirimu.
Tapi entahlah, disini aku takkan membahas apa yang kurang dalam dirimu, lebih dari itu, aku ingin mengucapkan Terimakasih. Secara langsung maupun tak langsung, secara sadar maupun tidak sadar, secara sngaja maupun tidak senganja, dan sedikit maupun banyak, kamu telah menjadikan aku Lebah paling pemberani.
Mungkin karena dasar keangkuhanku dan arigansiku, antara sifat Pemberani dan Nggak tau diri tak ada bedanya, menurut mereka. Ya, tapi dibalik itu semua, dibalik tindakan maupun perkataan yang meluncur hampir tak terkendali dari bibirku, ataupun pemikiran-pemikiran liarku, selalu ada alasan yang menyertainya. Selalu ada pleidoi-pleidoi yang sudah tertulis rapi sebelum tuduhan-tuduhan yang yaa kadang membisingkan telingaku. Tapi, hanya kehadiranmu yang selalu jadi penyangga saat aku mulai sedikit sempoyongan.
Ya, aku memang lemah, ada bagian yang lemah di dalam otakku maupun apa yang ada didalam diriku. Entah, apa yang telah kamu lakukan padaku, entah itu pengalihan atau penyembuhan. Dan sekali lagi, hadirmu memberikan sedikit pemanis dalam perjalananku.

Terimakasih, semoga sosok Madu yang pernah aku kenal semakin bertambah dewasa dalam berfikir, dalam bertindak, dalam berucap dan selalu memberikan manfaat. Bahkan melebihi manfaat yang dihasilkan seoekor lebah pun. Meski madu dihasilkan dari jerih payah seekor lebah, akan tetapi, manfaat selanjutnyalah yang harus dilakukan Madu untuk umat manusia maupun melebihi dari itu. Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar