"..you can call me Bee.." via beneficialbugs.org |
Hai, bolehkah aku
memanggilmu ‘Madu’?, cairan termanis, akumulasi dari sari-sari bunga yang indah
yang menghiasi setiap daratan di bumi yang diciptakan Tuhan dengan begitu
sempurnanya. Kali ini aku ingin menulis surat terbuka untukmu wahai sang Madu. Atau
mungkin biar lebih asyik, bolehkah aku memanggilmu “Honey”, salah satu
panggilan yang, ya, cukup romantis.
Honey, aku akan
mencatat setiap segmen kehidupan yang manis karenamu. Bahkan kamu juga ingat,
aku pernah berpuisi manis didepanmu. Tapi kata-kata yang keluar dari mulutku
mudah sekali hilang dan menguap ke lengit. Entah sekarang dia sedang tersangkut
di awan cirrus atau sedang tersangkut diantara gugusan-gugusan bintang atau
mungkin sudah lenyap ditelan mentah-mentah oleh Black Hole. Tapi kali ini,
meski dalam ruang sempit ruang maya, aku menuliskannya langsung.
Salam dariku, dimanapun
kamu berada, semoga kamu senantiasa dalam lindungannya dalam lindungan dan
jalan lurus-Nya. Ingatkah dirimu saat pertama kali bertatap muka denganku, Dengan
keegoisanku. Bahkan, pertamakali melihatmu, aku tak menyadarinya, dan dengan
kerendahan hatimu menyapaku dengan begitu ramahnya. Dan ya, dalam dirimu
mengandung obat, obat yang terasa manis bagi mereka yang merasakan sakit. Dalam
dirimu mengandung banyak sekali manfaaat bagi orang-orang disekitarmu yang
berinteraksi ria denganmu. Aku melihatnya, melihat sosok dirimu yang meski tak
banyak yang tau bahwa dibalik manfaatmu yang manis dan bisa menyembuhkah,
sebenarnya ada yang perlu disembuhkan dalam dirimu. Ya, dalam dirimu.
Tapi entahlah, disini
aku takkan membahas apa yang kurang dalam dirimu, lebih dari itu, aku ingin
mengucapkan Terimakasih. Secara langsung maupun tak langsung, secara sadar
maupun tidak sadar, secara sngaja maupun tidak senganja, dan sedikit maupun
banyak, kamu telah menjadikan aku Lebah paling pemberani.
Mungkin karena dasar
keangkuhanku dan arigansiku, antara sifat Pemberani dan Nggak tau diri tak ada
bedanya, menurut mereka. Ya, tapi dibalik itu semua, dibalik tindakan maupun
perkataan yang meluncur hampir tak terkendali dari bibirku, ataupun
pemikiran-pemikiran liarku, selalu ada alasan yang menyertainya. Selalu ada
pleidoi-pleidoi yang sudah tertulis rapi sebelum tuduhan-tuduhan yang yaa
kadang membisingkan telingaku. Tapi, hanya kehadiranmu yang selalu jadi
penyangga saat aku mulai sedikit sempoyongan.
Ya, aku memang lemah,
ada bagian yang lemah di dalam otakku maupun apa yang ada didalam diriku. Entah,
apa yang telah kamu lakukan padaku, entah itu pengalihan atau penyembuhan. Dan sekali
lagi, hadirmu memberikan sedikit pemanis dalam perjalananku.
Terimakasih, semoga
sosok Madu yang pernah aku kenal semakin bertambah dewasa dalam berfikir, dalam
bertindak, dalam berucap dan selalu memberikan manfaat. Bahkan melebihi manfaat
yang dihasilkan seoekor lebah pun. Meski madu dihasilkan dari jerih payah
seekor lebah, akan tetapi, manfaat selanjutnyalah yang harus dilakukan Madu
untuk umat manusia maupun melebihi dari itu. Salam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar