Sabtu, 04 November 2017

Kesemrawutan proyek e-KTP dari Hulu sampai Hilir

 
http://radarsemarang.com/wp-content/uploads/2016/02/kanan-e-ktp-web.jpg

Mungkin tak seperti biasanya saya menuliskan sesuatu yang tidak penting, kali ini mungkin saya akan menyoroti hal-hal yang cukup penting, kenapa, karena ini menyangut hajat hidup orang banyak. 

Ya, proyek e-KTP, proyek perekaman data penduduk Indonesia ini telah banyak dibicarakan oleh masyarakat.

Bukan karena stereotip ‘kemajuan teknologi’ yang ada didalamnya, akan tetapi tentang kesemrawutan pengelolaannya.


Beberapa minggu terakhir ini kita telah banyak dikejutkan oleh tingkal polah politisi yang terjerat kasus korupsi e-KTP.

Saya tidak akan membahas detai tentang orangnya, karena saya juga takut terseret kedalam surat pengaduan yang dibuat beliau atas tuduhan pencemaran nama baik.

Tulisan kali ini saya akan menceritakan pengalaman yang saya alami tentang proyek e-KTP ini.
Tepat kemarin hari saya mengantarkan teman dekat saya untuk mengurus e-KTP.

Alasan mengurus e-KTP ini bukan didasarkan pada antusian adanya program pemerintah ini, akan tetapi karena sebuah tragedi hilangnya tas dia dalamtoilet perempuan dalam sebuah SPBU di Surabaya Utara.

Kelalain memang menjadi titik lemah dari manusia, akan tetapi dengan kisah seperti ini diharapkan manusianya bisa mengambil manfaatnya.

Oke kemabli pada pengalaman saya mengurus e-KTP teman saya.

Pagi hari saya sudah berkemas untuk sebuah perjalanan yang cuup jauh, dari Surabaya ke Nganjuk menggunakan sepeda motor.

Karena beberapa kali ada kendala dijalan, kami sampai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pukul 11:00.

Cuaca Nganjuk sedang cerah sehingga terik matahari begitu terasa.

Awalnya saya menduga pengurusan e-KTP teman saya ini tidak akan memakan waktu lama.

Namun, melihat berjejernya kerumunan orang-orang menunggu panggilan membuat optimisme saya semakin ciut.

Apalagi ditambah sarana dan prasarana yang ada di kantor tersebut kurang mendukung menurut saya, sumber daya manusianya pun saya kira perlu banyak pelatihan lagi.

Sebagai seorang manusia yang memiliki emosi, alhamdulillah saya masih bisa mengontrolnya. 

Akan tetapi teman saya ini yang telah menghabiskan waktunya berjam-jam duduk di jok belakang motor saya tidak bisa mengontrolnya lagi.

Suasana yang terik dan kerumunan orang yang sudah putus asa karena tidak sabar menunggu menambah tingkat emosinya.

Dalam tempat duduk saya merenung betapa semrawutnya pengelolaan program nasional pemerintah tersebut.

Sudah di korupsi anggaran untuk proyek e-KTP ini, tersangkanya juga belum di proses, tidak punya malu masih mempertahankan jabatannya, dan yang terbaru menjadi geram akibat akun-akun imut yang bermunculan yang sedikit menyentil dirinya dengan meme-meme lucu.

Tobat o Pak, masyaallah.. saya tidak menyalahkan bapak, saya akan menyalahkan saya sendiri, kenapa saya masih saja diam melihat bapak seperti itu, dan malah ikut-ikut pengen eksis dengan bikin tulisan seperti ini. Hmmm Indonesiaku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar