Mungkin tak seperti biasanya saya
menuliskan sesuatu yang tidak penting, kali ini mungkin saya akan menyoroti
hal-hal yang cukup penting, kenapa, karena ini menyangut hajat hidup orang
banyak.
Ya, proyek e-KTP, proyek perekaman
data penduduk Indonesia ini telah banyak dibicarakan oleh masyarakat.
Bukan karena stereotip ‘kemajuan
teknologi’ yang ada didalamnya, akan tetapi tentang kesemrawutan
pengelolaannya.
Beberapa minggu terakhir ini kita
telah banyak dikejutkan oleh tingkal polah politisi yang terjerat kasus korupsi
e-KTP.
Saya tidak akan membahas detai
tentang orangnya, karena saya juga takut terseret kedalam surat pengaduan yang
dibuat beliau atas tuduhan pencemaran nama baik.
Tulisan kali ini saya akan
menceritakan pengalaman yang saya alami tentang proyek e-KTP ini.
Tepat kemarin hari saya mengantarkan
teman dekat saya untuk mengurus e-KTP.
Alasan mengurus e-KTP ini bukan
didasarkan pada antusian adanya program pemerintah ini, akan tetapi karena
sebuah tragedi hilangnya tas dia dalamtoilet perempuan dalam sebuah SPBU di
Surabaya Utara.
Kelalain memang menjadi titik lemah
dari manusia, akan tetapi dengan kisah seperti ini diharapkan manusianya bisa
mengambil manfaatnya.
Oke kemabli pada pengalaman saya
mengurus e-KTP teman saya.
Pagi hari saya sudah berkemas untuk
sebuah perjalanan yang cuup jauh, dari Surabaya ke Nganjuk menggunakan sepeda
motor.
Karena beberapa kali ada kendala
dijalan, kami sampai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pukul
11:00.
Cuaca Nganjuk sedang cerah sehingga
terik matahari begitu terasa.
Awalnya saya menduga pengurusan
e-KTP teman saya ini tidak akan memakan waktu lama.
Namun, melihat berjejernya kerumunan
orang-orang menunggu panggilan membuat optimisme saya semakin ciut.
Apalagi ditambah sarana dan
prasarana yang ada di kantor tersebut kurang mendukung menurut saya, sumber
daya manusianya pun saya kira perlu banyak pelatihan lagi.
Sebagai seorang manusia yang
memiliki emosi, alhamdulillah saya masih bisa mengontrolnya.
Akan tetapi teman saya ini yang
telah menghabiskan waktunya berjam-jam duduk di jok belakang motor saya tidak
bisa mengontrolnya lagi.
Suasana yang terik dan kerumunan
orang yang sudah putus asa karena tidak sabar menunggu menambah tingkat
emosinya.
Dalam tempat duduk saya merenung
betapa semrawutnya pengelolaan program nasional pemerintah tersebut.
Sudah di korupsi anggaran untuk
proyek e-KTP ini, tersangkanya juga belum di proses, tidak punya malu masih
mempertahankan jabatannya, dan yang terbaru menjadi geram akibat akun-akun imut
yang bermunculan yang sedikit menyentil dirinya dengan meme-meme lucu.
Tobat o Pak,
masyaallah.. saya tidak menyalahkan bapak,
saya akan menyalahkan saya sendiri, kenapa saya masih saja diam melihat bapak
seperti itu, dan malah ikut-ikut pengen eksis dengan bikin tulisan seperti ini.
Hmmm Indonesiaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar